Kita tentu pernah mendengar sebuah hadits Nabi yang menerangkan, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw adalah orang yang sangat dermawan dan sifat kedermawanannya itu lebih ditampakkan pada bulan Ramadhan. Jika sekiranya hembusan angin diibaratkan dengan kebaikan angin untuk membahagiakan manusia, apalagi jika hembusan angin  itu terjadi di saat panas terik yang menyengat kulit. Kedermawanan Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan ini melebihi nikmatnya hembusan angin di kala panas tersebut.

Betul-betul kecintaan beliau untuk memberikan harta dan kelebihan rizki yang dimilikinya sangat tampak untuk turut dirasakan oleh orang lain, khususnya para fakir miskin. Tenaga dan pikiranpun beliau kerahkan untuk membantu dan menyelesaikan perkara-perkara umat. Bulan puasa di saat laparnya perut dan dahaganya tenggorokan, bukan justru mempertipis kerja dan produktifitas Nabi Muhammad. Namun malah menambah semangat perjuangan secara berlipat-lipat. karena beliau mengetahui, bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, setiap kebaikan dari diri kita akan dilipatgandakan oleh Allah Swt. Termasuk pahala meberikan sedekah kepada orang-orang yang kurang beruntung secara materil.
Sedekah pada hakikatnya akan melipatgandakan harta kita, sedekah juga akan mendatangkan keberkahan pada harta dan keluarga kita, sebagaimana sedekah juga dapat menolak bala dan musibah pada diri kita. Bersedekah juga menggembleng diri kita untuk mengikuti tauladan Nabi Muhammmad Saw untuk menjadi seorang yang dermawan. Dengan sifat kedermawanan yang dicontohkan oleh Nabi sesungguhnya tersimpan hikmah tersendiri, bahwa kedermawanan dapat mengikis sifat dengki dari orang yang miskin, serta mengikis sifat sombong pada orang yang kaya.

Persoalan kaya dan miskin adalah sunnatullah yang seharusnya memang akan selalu ada, sejak manusia diciptakan.  Dengan adanya perbedaan inilah justru akan terjadi keseimbangan hidup di dunia secara baik. Tentu tidak dapat kita bayangkan, sekirannya seluruh isi dunia ini adalah semuanya orang kaya, tentu akan sulit mencari pekerja dan pembantu bagi si kaya. Atau sebaliknya, jika seluruh dunia adalah orang miskin, maka tentu tidak ada orang yang dapat meyediakan lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya. Sengaja Allah jadikan manusia berbeda-beda status dan pendapatannya, sehingga akan terlihat hikmah dari kewajiban  manusia untuk saling mebutuhkan dan menolong satu sama lainnya.

Antara kaya dan miskin hakikatnya adalah persoalan peran yang dimainkan masing-masing, namun semuanya saling membutuhkan satu sama lainnya. Tentu masing-masing berpeluang menjadi lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya. Semuanya tergantung dari amal dan ketakwaanya kepada Allah Swt. Kedermawanan itupun tidak mesti dikaitkan dengan harta, jika demikian tentu sungguh pintu untuk berbuat derma tertutup bagi para fakir miskin. Namun kedermawanan itu dapat meliputi banyak hal, orang yang diberikan ilmu banyak, dapat berderma dengan ilmunya, orang yang memiliki tenaga yang kuat, dapat berderma dengan tenaganya, dan seterusnya.

Bahkan cucu Nabi Muhammad (imam Hasan bin Ali RA) pernah berkata: “bahwa sekiranya aku dapat membantu orang lain untuk keluar dari masalah yang menghimpitnya, sungguh hal itu lebih aku sukai, dari pada aku duduk di mesjid ber’itikaf selama satu tahun”. Hal ini menampakkan bahwa membantu saudara yang tengah tertimpa masalah sangat besar pahala dan lebih utama ketimbang melakukan ibadah-ibadah sunah. Meringankan beban hidup seseorang dapat dilakukan dengan banyak hal, seperti dengan harta, tenaga, pikiran, perhatian, empati, bimbingan, dukungan dan banyak lagi hal lainnya. Yang pasti sifat dermawan itu harus senantiasa melekat pada diri setiap muslim.

Bulan puasa adalah saat yang tepat bagi kita untuk melatih dan menerpa jiwa kita untuk membunuh sifat-sifat kikir. Paling tidak, hal ini dapat diukur seberapa senangkah kita bertemu dengan para fakir miskin di pinggir jalan, para pemulung yang tergelak di trotoar jalan, para anak kecil yang putus sekolah yang beratapkan kolong jembatan. Bukankah mereka itu adalah lahan amal kita, bukankah mereka adalah ujian untuk  melatih jiwa kedermawanann kita dan bukankah mereka itu adalah wasilah untuk mengikis sifat kikir dan sombong pada diri kita. Bulan Ramadhan sesungguhnya saat yang tepat bagi kita untuk melatih ini semua.