Assalamualaikum,wr,wb

Pengasuh pesantren virtual yang dirakhmati Allah. Begini saat ini secara ekonomi kami sebenarnya sangat cukup siap untuk melaksanakan ibadah haji. Tetapi saya bingung, anak saya masih balita, semuanya masih tergantung kepada saya. Belum bisa mandiri, walaupun kami punya pembantu, tetapi anak-anak secara psikologis tetap sangat tergantung sekali pada saya ( ibunya ).

Apa bisa diterima alasannya kami menunda ibadah haji, karena alasan anak masih kecil, tidak ada yang dapat dititipi, walaupun saudara sendiri? Terus mana yang lebih diutamakan, menolong masyarakat sekitar yang benar-benar miskin, atau ibadah haji dulu.

Saat ini kami menajadi donatur tetap beberapa yayasan yatim piatu.

Jawab:

Assalamualaikum,wr,wb

Mohon maaf barangkali sangat terlambat. Kami kebanjiran pertanyaan2, sehingga kerepotan menjawabnya.

1) Haji hanya wajib bagi mereka yang mampu. "mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah", (QS. 3:97) Mampu artinya adalah memiliki harta yang melebihi untuk kehidupan yang layak. Anjuran Islam pertama kali adalah agar umatnya hidup dalam keadaan layak. Setelah ini terpenuhi, baru mereka berkewajiban haji. Kata Nabi Muhammad, seorang mukmin yang kuat lebih disenangi oleh Allah ketimbang mukmin yang lemah. Banyak muslim Indonesia yang menjual tanahnya, atau hewan ternaknya demi berangkat haji, sementara kehidupannya sendiri belum bisa dikatakan layak. Banyak mereka yang sebetulnya masih membutuhkan biaya untuk pendidikan anaknya. Hal-hal demikian ini tidak dibenarkan. Karena itu, jika Ibu dan keluarga membutuhkan rumah itu untuk biaya pendidikan putra/i Ibu, maka rumah tsb. jangan dijual. Haji yang mabur selalu dimulai dari cara yang benar. Menjual rumah yang dibutuhkan untuk kehidupan yang layak, termasuk biaya untuk anak-anak, adalah cara yang tidak benar.

2) Untuk mendekatkan diri kepada Allah masih banyak jalannya. Memang haji adalah diantara jalan yang mulia, tapi ia tidak bisa ditempuh dengan cara yang tidak benar. Sungguh mulia niat Ibu. Saya percaya Allah akan membalas niat Ibu seperti mereka yang telah melaksanakan ibadah haji. Kata Nabi Muhammad, barang siapa berniat melakukan amal baik, dan ia tidak mengerjakannya maka Allah telah mencatatnya sebagai perbuatan baik. Tapi, sebaiknya, ibu lakukan haji mumpung ada kemampuan ekonomi dan fisik, dan tidak perlu menunda. Demikian, semoga membantu.

Wassalam,

Abdul Ghofur Maimoen